Jumat, 08 Maret 2013

Emulsi


EMULSI
Menurut FI IV, Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan lain dalam bentuk tetesan kecil. Tipe emulsi terdiri dari dua yaitu oil in water (o/w) atau minyak dakam air (M/A), dan water in oil (W/O) atau air dalam minyak (A/M). Emulsi dapat di setabilkan dengan penambahan bahan pengemulsi yang di sebut emulgator atau surfaktan yang dapat mencegah koalesensi (penyatuan tetesan kecil menjadi satu fase tunggal yang memisah).
Komponen Emulsi
Di golongkan menjadi dua macam, yaitu :
1.      Komponen Dasar, yaitu bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat di dalam emulsi, terdiri dari :
a.       Fase dispers/ fase internal/ fase diskontinu/ fase terdispersi/ fase dalam
b.      Fase eksternal/ fase kontinu/ fase pendispersi/ fase luar
c.       Emulgator
2.      Komponen tambahan, adalah bahan tambahan yang sering ditambahkan ke dalam emulsi untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Misalnya corrigen saporis, corrigen ordoris, corrigen colouris, preservative, dan anti oksidan.

Tipe Emulsi
1.      Emulsi tipe O/W (oil in water) atau M/A (minyak dalam air), adalah emulsi yang terdiri atas butiran minyak yang terbesar atau terdispersi ke dalam air.
2.      Emulsi tipe W/O (water in oil) atau A/M (air dalam minyak), adalah emulsi yang terdiri atas butiran air yang terbesar atau terdispersi ke dalam minyak.


Teori Terbentuknya Emulsi
1.      Teori Tegangan Permukaan (Surface Tension)
2.      Teori Orientasi Bentuk Baji (Oriented Wedge)
3.      Teori Film Plastik (Interfacial Film)
4.      Teori Lapisan Listrik Rangkap (Electric Double Layer)


Bahan-Bahan Pengemulsi (Emulgator)
A.    Emulgator Alam
1.      Emulgator dari tumbuh-tumbuhan
a.       Gom Arab
b.      Tragakan
c.       Agar-agar
d.      Chondrus
2.      Emulgator Hewan
a.       Kuning Telur
b.      Adeps lanae
3.      Emulgator dari Mineral
a.       Magnesium Alumunium Silikat (veegum)
b.      Bentonit
B.     Emulgator Buatan/Sintetis
1.      Sabun
2.      Tween 20; 40; 60; 80
3.      Span 20; 40; 80
Cara Pembuatan Emulsi
1.      Metode Gom Kering atau Metode Kontinental
Zat pengemulsi (biasanya gom arab) dicampurkan dengan minyak terlebih dahulu, kemudian ditambahkan air untuk membentuk korpus emulsi, baru diencerkan dengan sisa air yang tersedia.
2.      Metode Gom Basah atau Metode Inggris
Zat pengemulsi di tambahkan ke dalam air (zat pengemulsi biasanya larut dalam air) agar membentuk suatu musilago, kemudian perlahan-lahan minyak dicampurkanuntuk membentuk emulsi, kemudian diencerkan dengan sisa air.
3.      Metode Botol atau Metode Botol Forbes
Digunakan untuk minyak menguap dan zat-zat yang bersifat minyak dan mempunyai viskositas rendah (kurang kental). Serbuk dan gom di masukkan kedalam botol kering, di tambahkan 2 bagian air, botol di tutup, kemudian di campuran tersebut dikocok dengan kuat. Tambahkan sisa air sedikit demi sedikit sambil dikocok.
Cara Membedakan Tipe Emulsi
1.      Dengan Pengenceran fase
Setiap emulsi dapat diencerkan dengan eksternalnya. Dengan prinsip tersebut emulsi tipe o/w dapat di encerkan dengan air dan tipe w/o dapat diencerkan dengan minyak.
2.      Dengan Pewarnaan
a.       Tipe w/o larut dalam pewarna : sudan III (warna merah).
b.      Tipe o/w larut dalam pewarna : metilen biru (warna biru), metilen merah dan amaranth (warna merah).
3.      Dengan Kertas Saring
a.       Tipe w/o
Disaat emulsi diteteskan pada kertas saring maka akan terjadi noda minyak pada kertas saring.
b.      Tipe o/w
Disaat emulsi diteteskan pada kertas saring maka kertas saring akan basah.
4.      Dengan Konduktivitas Listrik
Alat yang di gunakan adalah kawat stop kontak, kawat dengan K ½ watt dan neon ¼ watt semua di hubungkan secara seri, dan yang terjadi pada :
a.       Tipe w/o
Ketika kawat dicelupkan akan menghasilkan Lampu neon tidak menyala.
b.      Tipe o/w
Ketika kawat dicelupkan akan menghasilkan Lampu neon menyala.
Kestabilan Emulsi
Emulsi di katakan tidak stabil apabila terjadi seperti ini :
1.      Creaming
Terpisahnya emulsi menjadi dua lapisan, yaitu satu bagian mengandung fase disper lebih banyak dari pada lapisan yang lain. Creaming bersifat reversibel, artinya jika di kocok perlahan-lahan akan terdispersi kembali.
2.      Koalesensi dan Cracking (breaking)
Pecahnya emulsi karena film yang meliputi partikel rusak dan butir minyak berkoalesensi atau menyatu menjadi fase tunggal yang memisah. Emulsi ini bersifat ireversible (tidak dapat di perbaiki kembali). Hal ini disebabkan :
a.       Peristiwa Kimia : seperti penambahan alkohol, perubahan pH, penambahan elektrolit.
b.      Peristiwa Fisika : seperti pemanasan, penyaringan, pendinginan, pengadukan.
c.       Peristiwa Biologi : seperti fermentasi bakteri, jamur, atau ragi.
3.      Inversi Fase
Peristiwa berubahnya tipe emulsi o/w menjadi w/o secara tiba-tiba atau sebaliknya. Sifatnya ireversible.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar