LAPORAN
PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK
Ekstraksi
Kafein dari Teh
20
Desember 2015
Disusun Oleh :
1.
Nama : BADRIAH
NIM : D1A151104
2.
Nama : DEWITA
MAULANI
NIM :
D1A140938
3.
Nama : NOPYA
INDRIANY
NIM : D1A140924
4.
Nama : RIFAL
NURDIANSYAH
NIM : D1A140931
5.
Nama : RIZA
WITRI EVILYA
NIM : D1A140935
6.
Nama : ROMAT
SAEPUDIN
NIM : D1A140923
7.
Nama : SITI MAULIDINA
NIM : D1A141021
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS AL-GHIFARI
BANDUNG
2016
BAB 1
TUJUAN
DAN PRINSIP PRAKTIKUM
1.1 Tujuan Praktikum
1.
Mendapatkan
kafein dari daun teh dengan cara ektraksi menggunakan pelarut air dan
kloroform.
2.
Menentukan
kadar kafein dari daun teh.
1.2 Prinsip Praktikum
Ektraksi adalah metode pemisahan
yang melibatkan proses pemindahan satu atau lebih senyawa dari satu fasa ke
fasa lain dan didasarkan pada prinsip kelarutan.
BAB 2
TEORI
PENUNJANG
2.1 Landasan Teori
Kafein merupakan jenis alkaloid yang secara alamiah
terdapat dalam biji kopi, daun teh, daun mete, biji kola, biji coklat,
dan beberapa minuman penyegar. Kafein memiliki berat molekul 194,19 gr/gmol
dengan rumus kimia C8H10N8O2 dan pH
6,9 (larutan kafein 1% dalam air). Secara ilmiah, efek langsung dari kafein
terhadap kesehatan sebetulnya tidak ada, tetapi yang ada adalah efek tak
langsungnya seperti menstimulasi pernafasan dan jantung, serta memberikan efek
samping berupa rasa gelisah (neuroses), tidak dapat tidur (insomnia), dan
denyut jantung tak beraturan (tachycardia) (Hermanto, 2007).
Banyak senyawa nitrogen dalam tumbuhan mengandung atom
nitrogen basa dan karena itu dapat diekstrak dari dalam bahan tumbuhan itu
dengan asam encer. Senyawa ini disebut alkaloid yang artinya mirip alkali.
Setelah ektraksi, alkaloid bebas dapat diperoleh dengan pengolahan lanjutan
dengan basa dalam air (Khopkar, 2010).
Alkaloid adalah basa organik yang mengandung amina
sekunder, tersier atau siklik. Diperkirakan ada 5500 alkaloid telah diketahui,
dan alkaloid merupakan golongan senyawa metabolit sekunder terbesar dari
tanaman, Tidak ada satupun definisi yang memuaskan tentang alkaloid, tetapi
alkaloid umumnya mencakup senyawasenyawa bersifat basa yang mengandung satu
atau lebih atom nitrogen, biasanya sebagai bagian dari sistem siklik. Secara
kimia, alkaloid adalah golongan yang sangat heterogen berkisar dari
senyawa-senyawa yang sederhana seperti coniiene sampai ke struktur
pentasiklik strychnine. Banyak alkaloid adalah terpenoid di alam dan
beberapa adalah steroid. Lainnya adalah senyawa-senyawa aromatik,
contohnya colchicine (Utami, 2008).
Pemisahan dan pemurnian adalah
proses pemisahan dua zat atau lebih yang saling bercampur serta untuk mendapatkan
zat murni dari suatu zat yang telah tercemar atau tercampur.
Campuran
adalah setiap contoh materi yang tidak murni, yaitu bukan sebuah unsur atau
sebuah senyawa. Susunan suatu campuran tidak sama dengan sebuah zat, dapat
bervariasi, campuran dapat berupa homogen atau heterogen. (Raph H Ptrucci,
1996)
Campuran
dapat dipisahkan melalui peristiwa fisika atau kimia. Pemisahan secara fisika
tidak mengubah zat selama pemisahan, sedangkan secara kimia, satu komponen atau
lebih direaksikan dengan zat lain sehingga dapat dipisahkan. Cara atau teknik
pemisahan campuran bergantung pada jenis, wujud, dan sifat komponen yang
terkandung didalamnya. (Syukri S, 1999)
Karena
perbedaan keadaan agregasi (bentuk penampilan materi) sangat mempengaruhi
metode pemisahan dan pemurnian yang diperlukan, maka dapat diadakan pembedaan :
a. Memisahkan
zat padat dari suspensi
Suspensi adalah sistem yang didalamnya mengandung partikel
sangat kecil (padat), setengah padat, atau cairan tersebut secara kurang lebih
seragam dalam medium cair. Suatu suspensi dapat dipisahkan penyaringan
(filtrasi) dan sentrifugasi.
·
Penyaringan
(filtasi)
Operasi ini adalah pemisahan endapan dari larutan induknya,
sasarannya adalah agar endapan dan medium penyaring secara kuantitatif bebas dari larutan.
·
Sentrifugasi
(pemusingan)
Sentrifugasi dapat digunakan untuk memisahkan suspensi yang
jumlahnya sedikit. Sentrifugasi digunakan untuk memutar dengan cepat hingga
gaya sentrifugal beberapa kali lebih besar daripada gorsa berat, digunakan
untuk mengendapkan pertikel tersuspensi.
b.
Memisahkan
zat padat dari larutan
Zat terlarut padat tidak dapat dipisahkan dengan penyaringan dan
sentrifugasi. Zat padat terlarut dapat dipisahkan melalui penguapan atau
kristalisasi.
·
Penguapan
Pada penguapan, larutan dipanaskan sehingga pelarutnya
meninggalkan zat terlarut. Pemisahan terjadi karena zat terlarut mempunyai
titik didih yang lebih tinggi daipada pelarutnya.
·
Kristalisasi
Kristalisasi adalah larutan pekat yang didinginkan sehingga zat
terlarut mengkristal. Hal itu terjadi karena kelarutan berkurang ketika suhu
diturunkan. Apabila larutan tidak cukup pekat, dapat dipekatkan lebih dahulu
dengan jalan penguapan, kemudian dilanjutkan dengan pendinginan melalui
kristalisasi diperoleh zat yang lebih murni karena komponen larutan yang
lainnya yang kadarnya lebih kecil ikut mengkristal.
·
Rekristalisasi
Teknik pemisahan dengan rekristalisasi (pengkristalan kembaliI)
berdasarkan perbedaan titik beku komponen. Perbedaan itu harus cukup besar, dan
sebaiknya komponen yang akan dipisahkan berwujud padat dan yang lainnya cair
pada suhu kamar.
c.
Memisahkan
campuran zat cair
Zat cair dapat dipisahkan dari campurannya melalui distilasi.
Campuran dua jenis cairan yang tidak saling melarutkan dapat dipisahkan dengan
dekantasi dan corong pisah.
·
Distilasi
Dasar pemisahan dengan distilasi adalah perbedaan titik didih
dua cairan atau lebih. Jika campuran dipanaskan maka komponen yang titik
didihnya lebih rendah akan menguap lebih dulu. Dengan mengatur suhu secara
cermat kita dapat menguapkan dan kemudian mengembunkan komponen demi komponen
secara bertahap. Pengembunan terjadi dengan mengalirkan uap ke tabung
pendingin.
·
Dekantasi
(pengendapan)
Dekantasi (pengendapan) merupakan proses pemisahan suatu zat
dari campurannya dengan zat lain secara pengendapan didasarkan pada massan
jenis yang lebih kecil akan berada pada lapisan bagian bawah atau mengendap.
Selain itu zat terlarut diproses diubah menjadi bentuk yang tak terlarut, lalu
dipisahkan dari larutan. (Husein H. Bahti, 1998)
·
Corong
pisah
Untuk pelarut-pelarut yang lebih ringan dai air, dapat digunakan
corong pemisah yang dimodifikasi, yang dirancang untuk menyederhanakan
penyingkiran fase yang lebih ringan. Setelah keadaan seimbang, lapisan yang
lebih ringan dan lapisan air, didesak ke
atas dengan memasukkan merkurium melalui kran pada dasar bulatan corong, dengan
bantuan sebuah bola pembantu pengatur permulaan merkurium.
·
Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan substansi zat dari
campurannya dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Prinsip metode ini
didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua
pelarut yang tidak saling bercampur seperti eter kloroform, karbon
teteraklorida dan karbon disulfida. Diantara berbagai metode pemisahan,
ektraksi merupakan metode yang paling baik dan paling populer, alasan utamanya
karena metode ini dapat dilakukan baik dalam tingkat makro maupun mikro.
Pemisahan tidak memerlukan alat khusus atau canggih, melainkan hanya memerlukan
corong pisah. Pemisahan yang dilakukan sangat sederhana, bersih, cepat dan
mudah.
·
Sublimasi
Sublimasi adalah dimana suatu padatan diuapkan tampa melalui
peleburan dan hanya diembunkan uapnya dengan mendinginkannya, langsung kembali
dalam keadaan padat.
Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari campurannya
dengan pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat
tercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut
yang lain. Seringkali campuran bahan padat dan cair (misalnya bahan alami)
tidak dapat atau sukar sekali dipisahkan dengan metode pemisahan mekanis atau
termis yang telah dibicarakan. Misalnya saja, karena komponennya saling
bercampur secara sangat erat, peka terhadap panas, beda sifat-sifat fisiknya
terlalu kecil, atau tersedia dalam konsentrasi yang terlalu rendah (Suparni,
2009).
Pada sistem heterogen, reaksi berlangsung antara dua
fase atau lebih. Jadi pada sistem heterogen dapat dijumpai reaksi antara padat
dan gas, atau antara padat dan cairan. Cara yang paling mudah untuk
menyelesaikan persoalan pada sistem heterogen adalah menganggap
komponen-komponen dalam reaksi bereaksi pada fase yang sama.
Kesetimbangan heterogen ditandai dengan adanya
beberapa fase. Antara lain fase kesetimbangan fisika dan kesetimbangan kimia.
Kesetimbangan heterogen dapat dipelajari dengan 3 cara :
a.
Dengan mempelajari tetapan
kesetimbangannya, cara ini digunakan untuk kesetimbangan kimia yang berisi gas.
b.
Dengan hukum distribusi Nersnt,
untuk kesetimbangan suatu zat dalam 2 pelarut.
c.
Dengan hukum fase, untuk
kesetimbangan yang umum.
Hukum distribusi adalah suatu metode yang digunakan
untuk menentukan aktivitas zat terlarut dalam satu pelarut jika aktivitas zat
terlarut dalam pelarut lain diketahui, asalkan kedua pelarut tidak tercampur
sempurna satu sama lain. Faktor-faktor yang mempengaruhi koefisien distribusi
diantaranya:
1.
Temperatur, semakin tinggi suhu maka
reaksi semakin cepat sehingga volume titrasi menjadi kecil, akibatnya
berpengaruh terhadap nilai K.
2.
Jenis pelarut, apabila pelarut yang
digunakan adalah zat yang mudah menguap maka akan sangat mempengaruhi volume
titrasi, akibatnya berpengaruh pada perhitungan nilai K.
3.
Jenis terlarut, apabila zat akan
dilarutkan adalah zat yang mudah menguap atau higroskopis, maka akan
mempengaruhi normalitas (konsentrasi zat tersebut), akibatnya mempengaruhi
harga K.
4.
Konsentrasi, makin besar konsentrasi
zat terlarut makin besar pula harga k. Harga K berubah dengan naiknya
konsentrasi dan temperatur. Harga k tergantung jenis pelarutnya dan zat
terlarut. Menurut Walter Nersnt, hukum diatas hanya berlaku bila zat terlarut
tidak mengalami disosiasi atau asosiasi, hukum di atas hanya berlaku untuk
komponen yang sama.
Hukum distribusi banyak dipakai dalam proses
ekstraksi, analisis dan penentuan tetapan kesetimbangan. Hukum Distribusi Nernst
ini menyatakan bahwa solut akan mendistribusikan diri di antara dua pelarut
yang tidak saling bercampur, sehingga setelah kesetimbangan distribusi
tercapai, perbandingan konsentrasi solut di dalam kedua fasa pelarut pada suhu
konstan akan merupakan suatu tetapan, yang disebut koefisien distribusi (KD),
jika di dalam kedua fasa pelarut tidak terjadi reaksi-reaksi apapun. Akan
tetapi, jika solut di dalam kedua fasa pelarut mengalami reaksi-reaksi tertentu
seperti assosiasi, dissosiasi, maka akan lebih berguna untuk merumuskan besaran
yang menyangkut konsentrasi total komponen senyawa yang ada dalam tiap-tiap
fasa, yang dinamakan angka banding distribusi (D).
Teknik
ekstraksi, tiga metode dasar pada ektraksi cair adalah : ekstraksi bertahap (batch),
ekstraksi kontinyu, dan ekstraksi counter current. Ekstraksi bertahap
merupakan cara yang paing sederhana. Caranya cukup dengan menambahkan pelarut
pengektraksi yang tidak bercampur dengan pelarut semula kemudian dilakukan
pengocokan sehingga terjadi kesetimbangan konsentrasi zat yang akan diekstraksi
pada kedua lapisan. Setelah ini tercapai, lapisan didiamkan dan dipisahkan.
Metode ini sering digunakan untuk pemisahan analitik. Kesempurnaan ektraksi
akan tergantung pada banyaknya ektraksi yang dilakukan. Hasil yang baik
diperoleh jika jumlah ektraksi yang dilakukan berulang kali dengan jumlah
pelarut sedikit-sedikit. Ektraksi bertahap baik digunakan jika perbandingan
distribusi besar. Alat yang biasa digunakan pada ekstraksi bertahap adalah
corong pemisah (Day, 2002).
Ekstraksi adalah proses penarikan suatu zat dengan
pelarut. Ekstraksi menyangkut distribusi suatu zat terlarut (solut) diantara
dua fasa cair yang tidak saling bercampur. Teknik ekstraksi sangat berguna
untuk pemisahan secara cepat dan bersih, baik untuk zat organik atau anorganik,
untuk analisis makro maupun mikro. Selain untuk kepentingan analisis kimia,
ekstraksi juga banyak digunakan untuk pekerjaan preparatif dalam bidang kimia
organik, biokimia, dan anorganik di laboratorium. Alat yang digunakan berupa
corong pisah (paling sederhana), alat ekstraksi soxhlet, sampai yang paling
rumit berupa alat counter current craig. Secara umum, ekstraksi adalah
proses penarikan suatu zat terlarut dari larutannya di dalam air oleh suatu
pelarut lain yang tidak bercampur dengan air. Tujuan ekstraksi ialah memisahkan
suatu komponen dari campurannya dengan menggunakan pelarut. Proses ekstraksi
dengan pelarut digunakan untuk memisahkan dan isolasi bahan-bahan dari
campurannya yang terjadi di alam, untuk isolasi bahan-bahan yang tidak larut
dari larutan dan menghilangkan pengotor yang larut dari campuran. Berdasarkan
hal di atas, maka prinsip dasar ekstraksi ialah pemisahan suatu zat berdasarkan
perbandingan distribusi zat yang terlarut dalam dua pelarut yang tidak saling
melarutkan. Perbandingan distribusi ini disebut koefisien distribusi (K).
Ekstraksi digolongkan menjadi dua macam ekstraksi yaitu:
1). Ekstraksi jangka pendek atau disebut juga proses pengocokan
Hampir dalam semua reaksi organik, dalam proses
pemurniannya selalui melalui proses ekstraksi (penarikan senyawa cair yang akan
dimurnikan dari pelarut air oleh pelarut organik dengan cara mengocoknya dalam
corong pisah). Pelarut organik yang biasa dipakai untuk melarutkan senyawa
organik / ekstraksi ialah eter. Hal ini dikarenakan eter merupakan pelarut yang
memiliki sifat inert, mudah melarutkan senyawa-senyawa organik, dan titik
didihnya rendah sehingga mudah untuk dipisahkan kembali dengan cara destilasi
sederhana. Cara ekstraksi ini biasa dipergunakan dalam :
·
Pembuatan ester, untuk memisahkan
ester dari pencampurnya.
·
Pembuatan anilin, nitrobenzen,
kloroform, dan preparat organik cair lainnya.
Bahan yang akan dipisahkan dalam
suatu campuran akan terdistribusi diantara pencampurnya dan pelarutnya
membentuk dua fasa/lapisan. Dengan demikian ekstraksi jangka pendek merupakan
proses pengocokan yang dilakukan dengan menggunakan corong pisah, setelah
dikocok dengan kuat dengan mencampurkan pelarut yang lebih baik bila didiamkan
larutan akan membentuk dua lapisan. Cara melakukan ekstraksi jangka pendek
(pengocokan) menggunakan corong pisah:
2). Ekstraksi jangka panjang
Ekstraksi jangka panjang biasa dilakukan untuk
memisahkan bahan alam yang terdapat dalam tumbuh-tumbuhan atau hewan. Senyawa
organik yang terdapat dalam bahan alam seperti kafein dari daun teh dapat
diambil dengan cara ekstraksi jangka panjang dengan menggunakan suatu alat
ekstraksi yang disebut alat soxhlet. (Nurul, 2011)
BAB 3
PROSEDUR
PRAKTIKUM
3.1 Prosedur
1. Ke
dalam 500 ml erlenmeyer campurkan 30 gram teh kering dalam 300 ml air,
tambahkan 15 gram Kalsium Karbonat bubuk.
2. Panaskan
campuran selama 20 menit sambil aduk sesekali.
3. Saring
campuran dengan corong Buchner (dalam keadaan panas), tekan kuat dengan tutup
gabus untuk memperoleh cairan sebanyak mungkin.
4. Dinginkan
ekstrak sampai suhu 15-200C.
5. Pindahkan
ke corong pemisah ekstrak kafein lalu tambahkan 25 ml metil klorida
(kloroform).
6. Tuangkan
campuran ektstrak kloroform ke suatu erlenmeyer dan tambahkan 0,5 gram Natrium
Sulfat.
7. Dekantasi
campuran kloroform dari Natrium Sulfat dalam gelas kimia.
8. Uapkan
pelarut dengan pemanas uap (steam bath).
9. Ambil
produk yang telah kering dan timbang crude kafein.
3.2 Alat yang digunakan
1. Erlenmeyer
2. Bunsen
3. Batang
Pengaduk
4. Borong
Buchner
5. Gelas
Ukur
6. Corong
Pemisah
3.3 Bahan yang digunakan
1. Teh
Kering
2. Kalsium
Karbonat (CaCO3)
3. Natrium
Sulfat (Na2SO4)
4. Kloroform
(CHCl3)
5. Aqua
Dest
3.3.1 Uraian Bahan
A. Kalsium
Karbonat (CaCO3)
Rumus molekul : CaCO3
Pemerian : Padatan, berwarna putih,
tidak berbau
Kelarutan :
Sedikit larut dalam air
Berat molekul :
100,09 g/mol
Titik leleh :
825oC
Sifat Khusus :
Mudah terbakar
B. Natrium
Sulfat (Na2SO4)
Rumus molekul : Na2SO4
Pemerian : Kristal, berwarna putih, tidak berbau.
Kelarutan : Larut dalam air
Titik didih : 14290C
C. Kloroform
(CHCl3)
Rumus
molekul : CHCl3
Berat
molekul : 119,38
g/mol
Pemerian
: Cairan, tidak berwarna, berbau khas.
Kelarutan
: larut dalam lebih kurang 200 bagian air; mudah
larut dalam etanol mutlak, dalam eter, dalam sebagian
besar pelarut organik, dalam minyak atsiri dan dalam minyak lemak.
Penyimpanan
: dalam wadah tertutup baik bersumbat kaca,
terlindung dari
cahaya.
Kegunaan
: pereaksi
D. Aqua
Dest
Rumus
Molekul : H2O
Berat
molekul : 18
Pemerian
: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau. Penyimpanan
: dalam wadah tertutup
baik.
Kegunaan
: sebagai pelarut.
BAB 4
HASIL
PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Teh kering dan kalsium karbonat
yang dilarutkan dengan aqua 300 ml dipanaskan selama 20 menit dengan suhu 600C.
Ekstrak kemudian disaring dengan corong Buchner dengan suhu 300C dan
diperoleh cairan ekstrak sebanyak 200 ml. Kemudian cairan ekstrak diuapka
dengan pemanas uap (steam bath) hingga kering dan menghasilkan crude kafein.
Crude kafein yang diperoleh sebanyak 0,097 gram. Crude kafein yang terbentuk
seperti kristal dengan warna putih kehijauan dan berbau khas teh.
4.2 Pembahasan
Ekstraksi
kafein dari daun teh bertujuan untuk mengetahui pengaruh air dan kloroform
sebagai pelarut terhadap kafein dalam teh dan mengetahui kadar kafein dalam
teh. Pada percobaan, penambahan CaCO3 agar membantu mendesak
kafein dalam daun teh sehingga larut dalam air dan mengikat bahan-bahan yang
terkandung dalam teh.
Pemanasan bertujuan agar mempercepat reaksi pemisahan
antara kafein dengan daun teh. Dalam proses pemanasan, CaCO3
membentuk endapan berwarna putih didasar gelas beker. Endapan berasal dari
zat-zat lain selain kafein dalam teh yang diikat CaCO3. Pemanasan
ini juga bertujuan menguraikan CaCO3 menjadi kapur tohor dan karbon
dioksida. Penyaringan larutan bertujuan untuk memisahkan filtrat
kafein dengan endapan. Filtrat kafein yang telah dipisahkan harus dipanaskan
lagi agar menguapkan kandungan air dalam filtrat, sehingga konsentrasi kafein
semakin pekat dan kandungan bahan-bahan lainnya hilang. Kafein tidak ikut
menguap pada saat pemanasan karena titik didih kafein yang tinggi yaitu 326ºC.
Pemanasan ini yang menyebabkan volume larutan tinggal volumenya.
Penambahan kloroform dalam sisa larutan yang telah di saring dengan corong Buchner
bertujuan untuk mengikat kafein dari larutan agar kafein benar-benar terpisah
dari zat-zat lain dalam larutan. Kafein terikat dengan kloroform karena
kloroform adalah zat non polar yang dapat terikat oleh zat non polar yaitu
kafein sendiri.
Larutan ditambah kloroform agar kafein yang masih
tertinggal di larutan dapat terpisah secara sempurna. Sehingga, kafein terikat
dengan kloroform dan dapat dikeluarkan ke gelas beker.
Kafein yang telah dipisahkan, dievaporasi agar
menguapkan kloroform yang masih terdapat pada kafein. Kloroform menguap saat
evaporasi karena sifat kloroform yang mudah menguap. Evaporasi menyisakan crude
kafein. Crude kafein yang didapat adalah 0,009 gram.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
A.
Dari
30 gram teh yang diekstraksi menghasilkan crude
kafein sebanyak 0.009 gram.
B.
Crude kafein yang
terbentuk seperti kristal dengan warna putih kehijauan dan berbau khas teh.
C.
Penambahan CaCO3 agar
membantu mendesak kafein dalam daun teh sehingga larut dalam air dan
mengikat bahan-bahan yang terkandung dalam teh.
D.
Penambahan kloroform dalam sisa larutan yang telah di saring dengan
corong Buchner bertujuan untuk mengikat kafein dari larutan agar kafein
benar-benar terpisah dari zat-zat lain dalam larutan.
E.
Kafein yang telah dipisahkan,
dievaporasi agar menguapkan kloroform yang masih terdapat pada kafein.
DAFTAR PUSTAKA
Modul Praktikum Kimia Organik
kimia-organik/ (12 Januari 2016)
(12 Januari 2016)
sifat-kelarutan-senyawa-organik/ (12 Januari 2016)
jenis_Ekstraksi
(12 Januari 2016)
makasih infonya :)
BalasHapus