Kamis, 11 Februari 2016

kelarutan



BAB I
PRINSIP DAN TUJUAN
1.1              PRINSIP PERCOBAAN
Berdasarkan reaksi kelarutan zat pada berbagai suhu dan kelarutan zat dalam berbagai media pelarut

1.2              TUJUAN PERCOBAAN
1.      Setelah melakukan praktikum ini mahasiswa di harapkan mampu menentukan kelarutan zat pada bebagai suhu
2.      Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu menentukan kelarutan zat dalam berbagai media pelarut



BAB II
TEORI PENUNJANG
2.1              KELARUTAN
Kelarutan adalah jumlah zat yang dapat larut dalam sejumlah pelarut sampai membentuk larutan jenuh. Apabila suatu larutan suhunya diubah, maka hasil kali kelarutannya juga akan berubah. Larutan ada yang jenuh, tidak jenuh, dan lewat jenuh. Larutan dikatakan jenuh pada temperature tertentu, bila larutan tidak dapat melarutkan lebih banyak zat terlarut. Bila jumlah zat terlarut kurang dari larutan jenuh disebut larutan tidak jenuh, dan bila jumlah zat terlarut lebih dari larutan jenuh disebut larutan lewat jenuh. Daya larut suatu zat dalam zat lain, dipengaruhi oleh jenis zat pelarut, temperatur, dan sedikit tekanan.
  Secara kuantitatif, kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi  zat    terlarut didalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu. Kelarutan dinyatakan dalam satuan mililiter pelarut yang dapat melarutkan satu gram zat. Misalnya 1 gram asam salisilat akan larut dalam 500 mL air.  Kelarutan juga dinyatakan dalam satuan molalitas, molaritas dan persen (Tungandi, 2009).
Pelepasan zat aktif dari bentuk sediaannya sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat kimia dan fisika zat tersebut serta formulasinya. Pada prinsinya obat baru dapat di absorpsi setelah zat aktifnya terlarut dalam cairan usus, sehingga salah satu usaha untuk mempertinggi efek Farmakologi dari sediaaan adalah dengan menaikkan kelarutan zat aktifnya (Tungandi, 2009).
Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut (solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut. Contohnya adalah etanol di dalam air. Sifat ini lebih dalam bahasa Inggris lebih tepatnya disebut miscible. Pelarut umumnya merupakan suatu cairan yang dapat berupa zat murni ataupun campuran. Zat yang terlarut, dapat berupa gas, cairan lain, atau padat. Kelarutan bervariasi dari selalu larut seperti etanol dalam air, hingga sulit terlarut, seperti perak klorida dalam air. Istilah "tak larut" (insoluble) sering diterapkan pada senyawa yang sulit larut, walaupun sebenarnya hanya ada sangat sedikit kasus yang benar-benar tidak ada bahan yang terlarut. Dalam beberapa kondisi, titik kesetimbangan kelarutan dapat dilampaui untuk menghasilkan suatu larutan yang disebut lewat jenuh (supersaturated) yang metastabil (Woedepss) (Tungandi, 2009).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat antara lain adalah
a.       pH
b.       temperature
c.       jenis pelarut
d.      bentuk dan ukuran partilel zat
e.       konstanta dielektrik pelarut
Kelarutan juga tergantung pada struktur zat, seperti perbandingan gugus polar dan non polar dari suatu molekul. Makin panjang rantai gugus non polar suatu zat makin zat tersebut larut dalam air. Selain itu, penambahan surfaktan dapat juga ditambahkan zat-zat pembentuk kompleks untuk menaikkan kelarutan suatu zat, misalnya penambahan uretan dalam pembuatan injeksi khinin (Tungandi, 2009).
Larutan adalah campuran yang bersifat homogen antara molekul, atom ataupun ion dari dua zat atau lebih. Disebut campuran karena susunannya atau komposisinya dapat berubah. Disebut homogen karena susunanya begitu seragam sehingga tidak dapat diamati adanya bagian-bagian yang berlainan, bahkan dengan mikroskop optis sekalipun (Tungandi, 2009).
Fase larutan dapat berwujud gas, padat ataupun cair. Larutan gas misalnya udara. Larutan padat misalnya perunggu, amalgam dan paduan logam yang lain. Larutan cair misalnya air laut, larutan gula dalam air, dan lain-lain. Komponen larutan terdiri dari pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute). Pada bagian ini dibahas larutan cair. Pelarut cair umumnya adalah air. Pelarut cair yang lain misalnya bensena, kloroform, eter, dan alkohol. Jika pelarutnya bukan air, maka nama pelarutnya disebutkan. Misalnya larutan garam dalam alkohol disebut larutan garam dalam alkohol (alkohol disebutkan), tetapi larutan garam dalam air disebut larutan garam (air tidak disebutkan) (Tungandi, 2009).
Larutan adalah sebagai bagian dari sediaan-sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air, yang karena bahan-bahannya, cara peracikan atau penggunaannya, tidak dimasukkan kedaam olongan produk lainnya (Ansel, 2004).
Larutan jenuh adalah suatu larutan yang zat terlarutnya berada dalam kesetimbangan dengan fase padat (zat terlarut) (Sinko, 2005).
Larutan tidak jenuh atau hampir jenuh adalah suatu larutan yang mengandung zat trlarut dalam konsentrasi yang dibutuhkan untuk penjenuhan sempurna pada temperature tertentu (Martin, 1990).
Larutan lewat jenuh adalah suatu laruta yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi lebih banyak daripada seharusnya pada temperature tertentu dan terdapat juga zat terlarut yang tidak larut (SInco, 2005).
Menurut metode kelarutan, sejumlah besar obat ditempatkan dalam wadah yang tertutup baik, bersama-sama dengan larutan zat pengomplek dalam berbagai konsentrasi dan botol dikocok dalam bak pada temperature konstan sampai tercapai kesetimbangan. Cairan supernatant dalam porsi yang cukup diambil dan dianalisis (Alfred, 1990).
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan adalah pengadukan, suhu, luas permukaan, fikositas, ukuran partikel, pH larutan, dan polimerfisme (Ditjen POM, 1979).
Selain faktor di atas penambah surfaktan juga akan mempengaruhi kelarutan. Surfaktan adalah suatu zat yang digunakan untuk menakkan kelarutan suatu zat. Molekul surfaktan terdiri atas dua bagian yaitu polar dan non polar (Ditjen POM, 1979).
Daya larut suatu zat dalam lain dipengaruhi oleh jenis zat terlarut, jenis zat pelarut, temperatur dan tekanan, zat-zat dengna struktur kimia yang mirip umumnya padat juga bercampur baik, sedang yang tidak biasanya sukar bercampur (Sukarjo, 1997).
Daya kelarutan suatu zat berkhasiat memegang peranan penting dalam formulasi suatu sediaan zat. Lebih dari 50% senyawa kimia baru yang ditemukan saat ini bersifat hidrofobik. Kegunaan secara klinik dari obat-obat hidrofobik menjadi tikad efesien dengan rendahnya daya kelarutan, dimana akan mengakibatkan kecilnya penetrasi obat tersebut didalam tubuh. Kelarutan seuatu karena kelarutan suatu obat dengan tingkat disolusi obat tersebut sangat berkaitan (Jufri,dkk, 2004).
Dalam cara pengendapan, analit yang akan ditetapkan diendapkan dari larutannya dalam bentuk senyawa yang tidak larut atau sukat larut, sehingga tidak ada yang hilang selama penyaringan, pencucian dan penimbangan. Faktor-faktor yang menetukan berhasilnya cara pengendapan adalah endapan harus sedemikan tidak larut, sehingga tidak ada kehilangan yang berarti pada penyaringan. Dalam kenyataannya, keadaan ini dizikan asalkan banyaknya  banyaknya yang masi tinggal (tika terendapkan) tidak melampaui batas minimum yang dapat ditunjukkan oleh neraca analitik 0,1 mg ( Gandjar,dkk, 2007).
Secara teori jika pH dinaikkan, maka kelarutannya pun ikut meningkat, karena selain terbentuk larutan jenuh obat dalam bentuk molekul yang tidak terionkan (kelarutan intrinsic) juga terlarut obat yang berbentuk ion (Martin,dkk, 1990).
Secara khusus, penentuan kelarutan semu (apperent solubility) asam benzoat dapat dilakukan dengan metode gravimetri. Gravimetri meruakan cara pemeriksaan jumlah zat yang paling tua dan paling sederhana dibandingkan dengan cara pemeriksaan kimia lainnya. Kesederhanaan itu jlas kelihatan karena dalam gravimetri jumlah zat ditentukan dengan menimbang langsung massa zat yang dipisahkan dari zat-zat lain (Rivai, 1979).
Proses yang bersifat endotermis dalam satu arah adalah eksoterm dalam arah yang lain. Karena proses pembentukan larutan dalam proses pengkristalan berlangsung dengan laju yang sama dengan kesetimbangan maka perubahan-perubahan energi netto adalah nol. Tetapi jika suhu dinaikkan maka proses akan menyrap kalor. Dalam hal ini pembentukan larutan lebihdisukai. Segera setelah suhu dinaikkan tidak berapa pada kesetimbangan karenaada lagi zat yang melarut. Suatu zat yang menyerap kalor ketika melarut cenderung lebih mudah larut pada suhu tinggi (Klienfelter, 1996).
Pengaruh temperatur dalam kesetimbangan kimia ditentukan dengan      Ho.  Pada reaksi endoterm konstanta kesetimabangan akan naik seiring dengan naiknya temperatur. Pada reaksi eksoterm kontasta kesetimabangan akan turun dengan naikknya temperatur (Silbey dkk, 1996).
Gas + larutan (1)                                    Larutan (2) + kalor
Untuk kesetimbangan ini, peningkatan suhu malah akan mengusir gas dan larutan sebab pergeseran ini kekiri adlah endoterm. Karena itu gas hampir sealu menjadi kurang larut dalam cairan jika suhunya dinaikkan (Atkins, 1994).

2.2              TIPE LARUTAN
Larutan dapat digolongkan sesuai dengan keadaan terjadinya zat terlarut dan pelarut, dan karena tiga wujud zat (gas, cair, padat kristal), ada sembilan kemungkinan sifat campuran homogen antara zat terlarut dan pelarut Larutan jenuh adalah suatu larutan dimana zat terlarut berada dalam kesetimbangan dengan fase padat (zat terlarut). Larutan tidak jenuh atau hampir jenuh adalah suatu larutan yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi di bawah konsentrasi yang dibutuhkan untuk penjenuhan sempurna pada temperatur tertentu. Larutan lewat jenuh adalah suatu larutan yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi lebih banyak daripada yang seharusnya ada pada temperatur tertentu, terdapat juga zat terlarut yang tidak larut (Martin. A, 1990).
           



BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
3.1              CARA KERJA
1.      Pembakuan larutan NaOH
Buat larutan NaOH 0,1N sebanyak 1 liter dan dibakukan dengan larutan asam oksalat 0,1N dengan indikator PP hingga perubahan warna
2.      Pembuatan larutan sample
Buat sederet pelarut campuran yang terdiri dari etanol dan air dengan perbandingan:
a.       Perbandingan solven tanpa perubahan suhu
No
Etanol
Air
Suhu
1.
0
30
kamar
2.
3
27
kamar
3.
6
24
kamar
4.
9
21
kamar
5.
12
18
kamar
6.
15
15
kamar

b.      Perbandingan solven tanpa perubahan suhu dengan kenaikan suhu
No
Etanol
Air
Suhu
1.
0
30
40 derajat C
2.
3
27
40 derajat C
3.
6
24
40 derajat C
4.
9
21
40 derajat C
5.
12
18
40 derajat C
6.
15
15
40 derajat C

Masing-masing pelarut volumenya 30 ml. Larutkan sample sedikit demi sedikit hingga diperoleh larutan jenuh, saring larutan tersebut hingga diperoleh filtratnya.
3.      Penentuan kelarutan
Pipet larutan sample sebanyak 10 ml dan tetapkan kadar secara titrasi asam basa. Lakukan sebanyak 2 kali
4.      Buatlah grafik hubungan konsentrasi dengan presentasi campuran pelarut.

3.2              ALAT YANG DIGUNAKAN
1.      Labu ukur
2.      Buret
3.      Gelas ukur
4.      Gelas kimia
5.      Kertas saring

3.3              BAHAN YANG DIGUNAKAN
1.      Asam Oksalat
2.      NaOH 0,1 N
3.      Phenolptalein
4.      Asam salisilat
5.      Asam benzoat
6.      Etanol 90%



BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
6.1              HASIL PERCOBAAN
1.      Pembuatan pelarut campuran Air dan Alkohol 95% Suhu Kamar
No
Volume Etanol
Volume Air
1.
0
30 ml
2.
3 ml
27 ml
3.
6 ml
24 ml
4.
9 ml
21 ml
5.
12 ml
18 ml
6.
15 ml
15 ml

2.      Penentuan Kelarutan Asam Salisilat suhu kamar
No
Pelarut Campuran
Volume larutan sample
Volume NaOH
Kelarutan
(g/ml)
1
30 ml
10ml
1,8 ml
0,0140
2
30 ml
10 ml
2,8 ml
0,0218
3
30 ml
10 ml
3,8 ml
0,0296
4
30 ml
10 ml
4.8 ml
0,0374
5
30ml
10 ml
5,8 ml
0,0452
6
30ml
10 ml
6,8 ml
0,0530

6.2              PEMBAHASAN
Suatu larutan jenuh merupakan keseimbangan dinamis. Kesetimbangan tersebut akan dapat bergeser bila suhu dinaikkan. Pada umumnya kelarutan zat padat dalam larutan bertambah bila suhu dinaikkan, karena umumnya proses pelarutan bersifat endotermik. Pengaruh kenaikkan suhu pada kelarutan zat berbeda satu dengan yang lainnya.
Percobaan ini memiliki tujuan agar dapat menentukan pengaruh suhu terhadap kelarutan suatu zat dan menghitung panas pelarutannya. Zat yang digunakan pada praktikum ini adalah asam salisilat.
Kelarutan sebagai fungsi suhu yaitu banyaknya zat terlarut maksimum dalam suatu pelarut tertentu yang dipengaruhi oleh perubahan suhu sampai larutan menjadi jenuh. Pengaruh suhu terhadap kelarutan zat berbeda – beda antara satu dengan lainnya. Tetapi pada umumnya pengaruh suhu pada kelarutan zat cair semakin tinggi maka kelarutan semakin besar dan sebaliknya. Hal itu disebabkan karena proses pembentukan larutannya bersifat endoterm.
Penentuan Kelarutan Asam Salisilat pada suhu kamar pada pelarut capuran H2O 30 ml dan alkohol 0 ml kelarutan dititik 0,0140, pada pelarut capuran H2O 27 ml dan alkohol 3 ml kelarutan dititik 0,0218, pada pelarut capuran H2O  24 ml dan alkohol 6 ml kelarutan dititik 0,0296, pada pelarut capuran H2O 21 ml dan alkohol 9 ml kelarutan dititik 0,0374, pada pelarut capuran H2O 18 ml dan alkohol 12 ml kelarutan dititik 0,0452, pada pelarut capuran H2O 15 ml dan alkohol 3 15 kelarutan dititik 0,0530.





BAB V
KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilaksanakan dapat diperoleh beberapa kesimpulan yaitu pertama larutan jenuh merupakan suatu larutan sudah tidak dapat melarutkan lagi zat terlarutnya. Kedua, semakin tinggi suhu maka semakin besar kelarutan suatu zat Suatu larutan jenuh merupakan keseimbangan dinamis. Kesetimbangan tersebut akan dapat bergeser bila suhu dinaikkan. Pada umumnya kelarutan zat padat dalam larutan bertambah bila suhu dinaikkan, karena umumnya proses pelarutan bersifat endotermik. Pengaruh kenaikkan suhu pada kelarutan zat berbeda satu dengan yang lainnya.


1.       
DAFTAR PUSTAKA
http://metyara011umi.blogspot.com/2014/12/farmasi-fisika-kelarutan.html
pada-berbagai-suhu-adalah-sebagai-berikut-tabel-6-data-kelarutan-asam-
oksalat-dalam-berbagai-suhu-naoh-0/
LAMPIRAN




Tidak ada komentar:

Posting Komentar